Selasa, 10 Juni 2014


by. Kafidin / 112010300158

Tanda atau ciri pangan yang tidak aman perlu diketahui oleh guru dan disampaikan kepada peserta didik agar dapat tercegah dari keracunan pangan.
Dua bahan kimia berbahaya yang sering disalahgunakan untuk pengawet dan pengenyal makanan yaitu formalin da
n boraks. Tanda mi basah mengandung formalin dan boraks tampak lebih mengkilap, tidak lengket, tidak mudah basi. Tanda bakso mengandung boraks tampak lebih putih dan sangat kenyal.

Dua pewarna tekstil yang sering disalahgunakan pada makanan yaitu Rhodamin B dan Methanyl Yellow. Tanda pangan mengandung pewarna tidak aman berwarna mencolok, terasa sedikit pahit dan gatal ditenggorokan setelah mencicipinya.

Minuman kemasan dan buah yang sudah rusak atau “penyok” (berubah bentuk); roti dan kue yang berjamur serta makanan dan minuman yang telah berubah warna, aroma dan rasa pertanda berisiko tidak aman.

Dampak buruk mengonsumsi pangan tidak aman tidak hanya menjadikan anak sakit, tetapi akan merepotkan guru, orangtua dan berbagai pihak, serta kerugian bagi produsen dan pemerintah.

3.1. Tanda atau Ciri Pangan Tidak Aman

Pangan yang aman adalah makanan dan minuman yang bebas kuman (mikroba patogen), bahan kimia dan bahan berbahaya yang bila dikonsumsi menimbulkan gangguan kesehatan manusia. Sebaliknya pangan yang tidak aman adalah pangan yang mengandung kuman (mikroba patogen), bahan kimia dan bahan lain berbahaya yang bila dikonsumsi menimbulkan gangguan kesehatan manusia.


Idealnya bila semua produsen pangan menerapkan perundangan dan peraturan yang berlaku tentang keamanan pangan, tentu tidak ada pangan yang tidak aman yang beredar atau diperdagangkan, dan tidak ada korban keracunan pangan. Kenyataannya, berdasarkan laporan BPOM
masih banyak terjadi kejadian keracunan pangan di Indonesia (lihat Tabel 5 halaman 46).

Saat ini semakin sulit memilih pangan yang aman karena semakin banyak produsen makanan dan minuman jajanan dari sektor informal yang ingin meraup untung banyak dengan cara curang atau karena ketidaktahuan. Selain itu jumlah produsen juga bertambah banyak sampai ke pelosok desa sementara sumberdaya untuk pembinaan dan pengawasan oleh pemerintah terbatas.

Cara ideal untuk menentukan pangan yang tidak aman tentunya melalui pemeriksaan laboratorium terhadap jenis dan kandungan kuman, bahan kimia dan bahan lain yang berbahaya. Bagi industri formal yang menghasilkan produk berlabel serta memiliki ijin edar tentu dapat dikontrol pemerintah, paling tidak pada saat pendaftaran produk kepada lembaga berwenang. Produk pangan yang beredar ada yang memiliki ijin edar dan tidak memiliki ijin edar pada lembaga yang berwenang sesuai dengan jenis dan persyaratan. Produk pangan yang memiliki ijin edar (makanan yang tahan lebih dari tujuh hari seperti keripik dan kue kering) lebih mudah pengawasannya. Sedangkan makanan seperti kue basah dan gorengan yang merupakan hasil industri rumahtangga yang tidak perlu didaftar sulit untuk diawasi. Pada saat pendaftaran semua komponen produk yang dicantumkan disertai hasil pemeriksaan laboratorium oleh laboratorium yang memperoleh sertifikasi. Jadi memilih dan mengonsumsi pangan yang berlabel dan memiliki izin lembaga berwenang lebih terjamin keamanannya selagi wadahnya tidak berubah dan dalam batas sebelum kadaluarsa.

Memilih pangan yang aman memerlukan pengetahuan sederhana tentang tanda atau ciri pangan yang aman. Cara ini mengandalkan ketajaman inderawi konsumen. Meskipun cara ini tidak seteliti pemeriksaan laboratorium tetapi dapat memberikan indikasi bahwa pangan tersebut berisiko tidak aman.

Di kantin dan di sekitar sekolah seringkali banyak makanan dan minuman jajanan yang dijual bagi anak sekolah. Dari hasil pengawasan oleh BPOM dalam beberapa tahun terakhir, ada empat jenis bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam makanan, yakni formalin, boraks, pewarna Rhodamin B, dan Methanyl Yellow (pewarna tekstil). Cara sederhana mengetahui bahwa pangan jajanan basah dan kering berisiko
tidak aman karena diduga mengandung zat berbahaya tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Tanda Pangan Jajanan Berformalin
           Bakso berformalin memiliki tekstur sangat kenyal dan tidak rusak (berlendir) sampai dua hari pada suhu ruang. Mi basah berformalin biasanya lebih mengkilap, tidak lengket satu sama lain, tidak rusak (basi) sampai dua hari pada suhu ruang, dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es. Tahu yang berformalin memiliki tekstur keras, kenyal tetapi tidak padat, tidak rusak sampai tiga hari dalam suhu ruang dan bisa tahan 15 hari dalam lemari es. Daging ayam dan daging ikan goreng atau nugget goreng yang berformalin juga memiliki tekstur yang kenyal dan tidak busuk sampai dua hari pada suhu ruang.

 2) Tanda Pangan Jajanan Mengandung Boraks 
         Bakso yang mengandung boraks tampak berwarna agak putih (seharusnya berwarna abu kecoklatan) dan bertekstur sangat kenyal. Bila bakso ini digigit amat kenyal seperti nyaris bola karet dan bila dipantulkan ke dinding atau lantai memantul seperti bola karet. Mi basah yang mengandung boraks tampak lebih mengkilap, tidak lengket satu sama lain, tidak gampang putus dan kenyal. Lontong dan buras yang mengandung boraks mempunyai tekstur sangat kenyal, berasa tajam dan memberikan rasa getir. Kerupuk yang mengandung boraks bertekstur renyah dan menimbulkan rasa getir.

3) Tanda Pangan Jajanan Mengandung Pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow
     Makanan dan minuman berwarna merah atau kuning yang mengandung pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow biasanya menampakkan warna yang mencolok (merah sekali atau kuning sekali), produknya tampak mengkilap, pada makanan kadang warna tidak merata (tidak homogen karena ada yang menggumpal), dan setelah mengonsumsinya terasa sedikit rasa pahit dan gatal di tenggorokan. Saos cabe atau saos tomat warnanya membekas di tangan kemungkinan pewarna yang digunakan adalah Rhodamin B.

Selain itu pangan bisa tidak aman karena tercemar oleh kuman atau mikroba yang dapat menimbulkan penyakit dan keracunan (patogen). Berikut tanda atau ciri sederhana makanan yang berisiko terpapar atau tercemar mikroba patogen.

4) Tanda Roti dan Kue Basah Tercemar Kuman Patogen
        Bila dilihat bentuknya sudah tidak utuh lagi; di bagian tertentu dari roti atau kue tampak berjamur (seperti kapas halus berwarna putih, abu-abu dll); kemasan tampak tidak utuh (robek atau rusak). Bila dicium aroma khas roti atau kue sudah berubah, bahkan muncul bau tengik atau tak sedap; bila diraba keras; dan bila dimakan terasa

pahit atau tidak enak.

5) Tanda Buah yang Tercemar Kuman Patogen
          Buah yang utuh seperti pisang, jeruk dan apel tampak ada bagian yang mulai rusak (hitam bekas memar); atau sudah ada bagian yang mulai busuk; atau berdebu pada bagian luarnya. Bila memilih buah potong, jangan membeli buah potong pada penjaja yang tidak bersih dan alat yang digunakan untuk memotong dan menyimpan buah potong juga tidak bersih. Perhatikan ketika penjaja mengambilkan buah potong bagi konsumen, bila penjaja menggunakan alat penjepit yang tidak bersih atau menggunakan sarung tangan tidak bersih sebaiknya hindari membeli buah potong tersebut. Buah potong yang sudah berubah warna, bentuk dan aroma berisiko tidak aman.

6) Tanda Minuman yang Tidak Aman

Minuman yang tercemar kuman patogen akan menimbulkan perubahan aroma dan rasa; misalnya susu dan jus terasa menjadi asam. Kemasan minuman yang sudah rusak dan bocor berisiko tidak aman. Minum susu dan jus harus segera dihabiskan, bila tidak akan dihinggapi kuman yang berisiko tidak aman atau dapat menyebabkan penyakit. Minuman yang terbuka pada suhu ruang berisiko terpapar kuman dan tidak aman.

Sumber : Buku Pedoman Keamanan Pangan di Sekolah Dasar
Posted by Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (Kelompok 6) On 23.51 No comments

0 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube

Translate

Petunjuk Waktu

Total Tayangan Halaman

  • Posts
  • Comments
  • Pageviews